Hari Ini :
Gambar: Kantor Gubernur Tempo Doeloe
Pada zaman pemerintahan Belanda, Sumatera Utara merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gouvernement van Sumatra dengan wilayah meliputi seluruh pulau Sumatera, dipimpin oleh seorang Gubernur yang berkedudukan di kota Medan.
Setelah kemerdekaan, dalam sidang pertama Komite Nasional Daerah (KND), Provinsi Sumatera kemudian dibagi menjadi tiga sub provinsi yaitu: Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan. Provinsi Sumatera Utara sendiri merupakan penggabungan dari tiga daerah administratif yang disebut keresidenan yaitu: Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur, dan Keresidenan Tapanuli.
Dengan diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia (R.I.) No. 10 Tahun 1948 pada tanggal 15 April 1948, ditetapkan bahwa Sumatera dibagi menjadi tiga provinsi yang masing-masing berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yaitu: Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Tengah, dan Provinsi Sumatera Selatan. Tanggal 15 April 1948 selanjutnya ditetapkan sebagai hari jadi Provinsi Sumatera Utara.
Pada awal tahun 1949, dilakukan kembali reorganisasi pemerintahan di Sumatera. Dengan Keputusan Pemerintah Darurat R.I. Nomor 22/Pem/PDRI pada tanggal 17 Mei 1949, jabatan Gubernur Sumatera Utara ditiadakan. Selanjutnya dengan Ketetapan Pemerintah Darurat R.I. pada tanggal 17 Desember 1949, dibentuk Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur. Kemudian, dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 5 Tahun 1950 pada tanggal 14 Agustus 1950, ketetapan tersebut dicabut dan dibentuk kembali Provinsi Sumatera Utara.
Dengan Undang-Undang R.I. No. 24 Tahun 1956 yang diundangkan pada tanggal 7 Desember 1956, dibentuk Daerah Otonom Provinsi Aceh, sehingga wilayah Provinsi Sumatera Utara sebahagian menjadi wilayah Provinsi Aceh.
1854 Gouvernement van Sumatra, ibukotanya di Medan
1948 Berdiri Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Tengah, dan Provinsi Sumatera Selatan
1949 Dibentuk Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur
1950 Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur digabungkan kembali sebagai Provinsi Sumatera Utara
1956 Berdiri Provinsi Aceh, dengan wilayahnya sebahagian dari Provinsi Sumatera Utara
| ||||
Gambar: Lambang Provinsi Sumatera Utara
- Kepalan tangan yang diacungkan ke atas dengan menggenggam rantai beserta perisainya, melambangkan kebulatan tekad perjuangan rakyat Provinsi Sumatera Utara melawan imperialisme/kolonialisme, feodalisme, dan komunisme.
- Batang bersudut lima, perisai dan rantai, melambangkan kesatuan masyarakat di dalam membela dan mempertahankan Pancasila.
- Pabrik, pelabuhan, pohon karet, pohon sawit, daun tembakau, ikan, daun padi dan tulisan "Sumatera Utara", melambangkan daerah yang indah, permai, masyhur dengan kekayaan alamnya yang melimpah-limpah.
- Tujuh belas kuntum kapas, delapan sudut sarang laba-laba dan empat puluh lima butir padi, menggambarkan tanggal, bulan dan tahun kemerdekaan di mana ketiga-tiganya ini berikut tongkat di bawah kepalan tangan, melambangkan watak kebudayaan yang mencerminkan kebesaran bangsa, patriotisme, pencinta kedamaian dan pembela keadilan.
- Bukit Barisan yang berpuncak lima, melambangkan tata kemasyarakatan yang berkepribadian luhur, bersemangat persatuan dan kegotong-royongan yang dinamis.
Tekun berkarya rakyatnya
Membangun neg'ri subur
Anug'rah Tuhan Yang Maha Esa
Umat-Nya hidup makmur
Sejaht'ra dan mulia
Berbudaya, beriman
Sumat'ra Utara
Mandiri berperan
Penduduk bersatu
Walau beragam asalnya
Sumat'ra Utara
Aman sentosa
Gunung, hutan, sungai, danau indah
Daerah kita permai
Subur tanah datar, bukit, lembah
Rakyatnya hidup damai
Satu dalam kebhinekaan
Rakyat Sumatera Utara
Maju, bekerja dan mandiri
Masyarakat hidup sejahtera
Bangunlah jiwa dan raganya
Rakyat berkarya tekun
Bangun budaya dan imannya
Hidup mulian dan rukun
Syair: H. Gatot Pujo Nugroho, S.T., M.Si.
Aransemen: Jennie R. A. Simanungkalit, S.Pd.
I
Ini saat kita berjuang rakyat Sumatera Utara
Mari kejarlah masa depan, tunjukkan karya dan baktimu
Ayo layani masyarakat, terus nerjuang raih prestasi
Jadikan provinsi yang berdaya saing di segala bidang
Reff:
Satukan hati dan perkataan, bulatkan tekad bersama
Untuk membangun dan mewujudkan Sumatera Utara sejahtera
Ayo tingkatkan kesatuan dan pelihara persatuan
Kita bangga jadi rakyat Sumatera Utara
II
Lihat alam sumber dayanya, membentang luas dan ramah
Semangat dan partisipasi tanggung jawab rakyat bersama
Generasinya yang religi itu harta yang paling berharga
Provinsi Sumatera Utara siap menyongsong masa depan
Reff:
Satukan hati dan perkataan, bulatkan tekad bersama
Untuk membangun dan mewujudkan Sumatera Utara sejahtera
Ayo tingkatkan kesatuan dan pelihara persatuan
Kita bangga jadi rakyat Sumatera Utara
Bangkit, maju dan jayalah Sumatera Utara
Ayo Sumatera Utara bangkitlah!
Unduh dan Putar: Mars Sumut Bangkit | Instrumentalia | Video Clip Mars Sumut Bangkit
|
Unsur penyelenggara pemerintahan daerah Provinsi Sumatera Utara terdiri dari Gubernur sebagai Kepala Daerah bersama SKPDnya, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Utara. Dalam menjalankan tugasnya, Gubernur dibantu oleh Wakil Gubernur yang bertanggung jawab kepada Gubernur.
- Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah Provinsi Sumatera Utara berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;
- Mengajukan rancangan Peraturan Daerah (Perda);
- Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;
- Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama;
- Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah Provinsi Sumatera Utara;
- Mewakili daerah Provinsi Sumatera Utara di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
- Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Tugas dan Wewenang Wakil Gubernur
- Membantu Gubernur dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah Provinsi Sumatera Utara;
- Membantu Gubernur dalam mengkoordinasikan kegiatan instansi vertikal di daerah, menindaklanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan, melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup;
- Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan kabupaten dan kota;
- Memberikan saran dan pertimbangan kepada Gubernur dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara;
- Melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan oleh Gubernur; dan
- Melaksanakan tugas dan wewenang Gubernur apabila Gubernur berhalangan.
Kewajiban Gubernur dan Wakil Gubernur
- Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);
- Meningkatkan kesejahteraan rakyat;
- Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;
- Melaksanakan kehidupan demokrasi;
- Mentaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan;
- Menjaga etika dan norma dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Provinsi sumatera Utara;
- Memajukan dan mengembangkan daya saing daerah Provinsi Sumatera Utara;
- Melaksanakan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik;
- Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah Provinsi Sumatera Utara;
- Menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertikal di daerah Provinsi Sumatera Utara dan semua perangkat daerah;
- Menyampaikan rencana strategis penyelenggaraan pemerintahan daerah di hadapan Rapat Paripurna DPRD Sumatera Utara;
- Memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah Provinsi Sumatera Utara kepada Pemerintah (disampaikan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri sekali dalam satu tahun) sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah Provinsi Sumatera Utara dan sebagai bahan pembinaan;
- Memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD Sumatera Utara; dan
- Menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah Provinsi Sumatera Utara kepada masyarakat.
BERASAL DARI SUMATERA UTARA
1. Sisingamangaradja XII
Lahir : Bakkara, Humbang Hasundutan, 18 Februari 1845
Wafat : Dairi, 17 Juni 1907
Dimakamkan di Tarutung, Tapanuli Utara dan dipindahkan ke Balige(1953) oleh Soekarno.
Pemimpin legendaris masyarakat Batak bermarga Sinambela ini mempunyai gelar Patuan Bosar Ompu Pulo Batu. Beliau naik tahta pada tahun 1876 menggantikan ayahnya Raja Sisingamangaraja XI yang bernama Ompu Sohahuaon. Penobatannya sebagai raja ke-12 bersamaan dengan masuknya Belanda ke Sumatera Utara. Disini Belanda berusaha menanamkan monopoli atas perdagangan di Bakkara. Hal ini memicu Perang Batak yang dipimpin oleh Sisingamangaraja XII hingga puluhan tahun lamanya. Setelah Bakkara dikuasai Belanda, beliau masih memimpin perang gerilya sampai akhirnya beliau gugur ditembak Belanda di Dairi beserta ketiga putra-putrinya.
Penetapan: S. K. Presiden No. 590 Tahun 1961, bertanggal 9-11-1961.
2. Dr. Ferdinand Lumban Tobing (F. L. Tobing)
Lahir : Sibuluan, Sibolga, 19 Februari 1899
Wafat : Jakarta, 07 Oktober 1962
Umur : 63 tahun
Agama : Kristen Protestan
- Lulusan sekolah dokter STOVIA
- Beliau pernah bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta.
- Menteri Penerangan, Menteri Hubungan Antar Daerah, Menteri Transmigrasi, dan Menteri Kesehatan (pejabat sementara).
- Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara.
- Namanya sekarang diabadikan menjadi nama bandara di Kabupaten Tapanuli Tengah.
Penetapan: S. K. Presiden No. 361 Tahun 1962, bertanggal 17-11-1962.
3. K. H. Zainul Arifin
Lahir : Barus, Tapsel, 2 September 1909
Wafat : Jakarta, 2 Maret 1963
Usia : 53 tahun
Agama : Islam
- HIS (Hollands Indische School)
- Sekolah menengah calon guru, Normal School.
- Pengetahuan agama di Madrasah di surau dan saat menjalani pelatihan seni bela diri pencakusia 16 tahun.
- Aktif dalam kegiatan seni sandiwara musikal Melayu, Stambul Bangsawan sebagai penyanyi dan pemain biola.
- Stambul Bangsawan merantau ke Batavia (Jakarta).
- Pada tahun 1955 itu pula Zainul berangkat haji untuk pertama dan terakhir kali ke Tanah Suci bersama Presiden Soekarno. Di sana ia dihadiahi sebilah pedang berlapis emas oleh Raja Arab Saudi, Raja Saudi. Beliau Wafat tertembak peluru saat shalat Idul Adha (14-05-1962) di barisan terdepan bersama Soekarno, yang diarahkan seorang pemberontak DI/TII dalam percobaannya membunuh presiden. Zainul Arifin akhirnya wafat 2 Maret 1963 setelah menderita luka bekas tembakan dibahunya selama sepuluh bulan.
- Anggota GP Ansor 1930
- Ketua Cabang NU Jatinegara
- Ketua Majelis Konsul NU Batavia hingga 1
- Wakil NU dalam kepengurusan Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi)
- Aktif dalam organisasi kepemudaan NU, GP Ansor,
- Pegawai PAM di pemerintahan kotapraja kolonial (Gemeente) 5 tahun,
- Guru sekolah dasar dan mendirikan balai pendidikan
- Bantuan hukum bagi masyarakat Betawi
- Aktif kembali dalam kegiatan seni sandiwara musikal tradisional Betawi yang berasal dari
- tradisi Melayu, Samrah
- Mendirikan kelompok samrah bernama Tonil Zainul
- Wakil partai Masyumi di Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP)
- Memimpin gerilya Laskar Hizbullah di Jawa Tengah dan Jawa Timur (Agresi Militer I dan II.)
- Anggota Komisariat Pemerintah Pusat di Jawa (KPPD), masa Pemerintahan Darurat Republik
- Indonesia (PDRI) yang berkedudukan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat.
- Sekertaris Pucuk Pimpinan TNI.
- Wakil Partai Masyumi di DPRS (1949)
- Wakil Partai NU
- Wakil perdana menteri (W
- Tokoh penting yang berhasil menempatkan partai NU ke dalam "tiga besar" pemenang Pemilu 1955, dimana jumlah kursi NU di DPR meningkat dari hanya 8 menjadi 45 kursi.
- Wakil ketua I DPR RI, setelah Pemilu 1955,
- Wakil NU dalam Majelis Konstituante
- Ketua DPR Gotong Royong (DPRGR)
Penetapan: S. K. Presiden No. 35 Tahun 1963, bertanggal 4-3- 1963.
4. Mayjen TNI Anm. D. I. Pandjaitan
Lahir : Balige, 19 Juni 1925
Wafat : Lubang Buaya Jakarta,1 Oktober 1965
- Pahlawan Revolusi
Penetapan: S. K. Presiden No. 111/Koti/1965, bertanggal 5-10-1965.
5. Tengku Amir Hamzah
Lahir : Tanjung Pura, Langkat, 28 Februari 1911
Wafat : Kwala Begumit, Binjai, 20 Maret 1946
Usia : 35 tahun
Makam : Masjid Azizi, Tanjung Pura, Langkat
- Belajar mengaji di Maktab Putih di sebuah rumah besar bekas Istana Sultan Musa, di belakang Masjid Azizi Langkat
- Sekolah Menengah Langkatsche School (HIS),
- MULO di Medan dandi Jakarta,
- Aglemeene Middelbare School (AMS) jurusan Sastra Timur di Solo
- Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta
- Memimpin Kongres Indonesia Muda di Solo (1931)
- Menurutnya, bahasa Melayu adalah bahasa yang molek, yang tertera jelas dalam suratnya kepada Armijn Pane pada bulan November 1932.
- Bahasa Indonesia bagi Amir adalah simbol dari kemelayuan, kepahlawanan, dan juga keislaman.
- Syair-syair Amir Hamzah adalah refleksi dari relijiusitas, kecintaan pada ibu pertiwi dan kegelisahan sebagai seorang pemuda Melayu.
- Kumpulan sajak: Buah Rindu,Nyanyi Sunyi,Setanggi Timur,Terjemah Baghawat Gita
Sebagaimana kerajaan Melayu lainnya, Langkat juga memiliki tradisi sastra yang kuat. Lingkungan istana inilah yang pertama kali mengenalkan dunia sastra pada dirinya. Dalam lingkungan yang seperti itulah, kecintaan Amir terhadap sejarah, adat-istiadat dan kesusasteraan negerinya tumbuh. Lingkungan Tanjungpura juga sangat mendukung perkembangan sastra Melayu, mengingat penduduknya kebanyakan berasal dari Siak, Kedah, Selangor, dan Pattani.
Menghasilkan 50 sajak asli, 77 sajak terjemahan, 18 prosa liris asli, 1 prosa liris terjemahan, 13 prosa asli dan 1 prosa terjemahan. Secara keseluruhan ada sekitar 160 karya Amir yang berhasil dicatat.
Penetapan: S. K. Presiden No. 106/TK/1975.
6. H. Adam Malik
Lahir : Pematang Siantar, 22 Juli 1917
Wafat : Bandung, 5 September 1984
Makam : TMP Kalibata Jakarta
- Menteri Luar Negeri, pada tahun 1971
- Terpilih sebagai orang Indonesia pertama yang menjadi Ketua Majelis Umum PBB ke-26.
- Bersama Menteri Luar Negeri negara-negara ASEAN
- Pelopor terbentuknya ASEAN tahun 1967.
- Wakil Perdana Menter
- Pelopor berdirinya Kantor Berita Antara
- Untuk mengenang perjuangan beliau, dibangun sebuah museum di Jalan Diponegoro No. 29 Jakarta.
Penetapan: S. K. Presiden No. 107/TK/1998, bertanggal 6-11-1998.
7. Jenderal Besar TNI A. H. Nasution
Lahir : Kotanopan, 3 Desember 1918
Wafat : Jakarta, 6 September 2000
Usia : 81 tahun
Makam : TMP Kalibata Jakarta
- Beliau merupakan salah satu tokoh yang menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September, namun yang menjadi korban adalah putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Lettu Pierre Tendean.
- Pada saat itu beliau menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan RI.
- Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia.
- Sebagai seorang pakar militer, AH Nasution sangat dikenal sebagai ahli perang gerilya. Gagasan perang gerilya dituangkan dalam bukunya yang fenomenal, Fundamentals of Guerrilla Warfare. Selain diterjemahkan ke berbagai bahasa asing, karya itu menjadi buku wajib akademi militer di sejumlah negara, termasuk sekolah elite militer dunia, West Point Amerika Serikat.
- Jenderal Besar TNI,Ahli Perang Gerrilya,Panglima Angkatan Perang.Ketua MPRS, Menteri Pertahanan dan KSAD sebanyak 2 kali menjabat.
Penetapan: S. K.Presiden No. 073/TK/2002, bertanggal 6-11-2002.
8. Kiras Bangun (Garamata)
Lahir: Kampung Batu Karang, Karo, 1852
Penetapan: S. K. Presiden No. 082/TK/2005, bertanggal 7-11-2005.
9. Tahi Bonar Simatupang (T. B. Simatupang)
Lahir : Sidikalang, 28 Januari 1920
Wafat : Jakarta, 1 Januari 1990
Usia : 69 tahun
Pendidikan :
- HIS Pematang Siantar dan lulus pada 1934.
- MULO Tarutung 1937
- AMS di Jakarta dan selesai pada 1940.
- Diterima di Koninklije Militaire Academie (KMA) - akademi untuk anggota KNIL, di Bandung dan selesai pada 1942,
- Dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Tulsa, Oklahoma, Amerika Serikat
- Pernah menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Perang R. I. (1948-1949)
- Kepala Staf Angkatan Perang R. I. (1950-1954)
- Penasehat Militer di Departemen Pertahanan R. (1954-1959)
- Ia kemudian mengundurkan diri dengan pangkat Letnan Jenderal dari dinas aktifnya di kemiliteran karena perbedaan prinsipnya dengan Presiden Soekarno.
Pelayanan Gereja dan aktif menyumbangkan pemikiran-pemikirannya tentang peranan Gereja di dalam masyarakat.
- Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia,
- Ketua Majelis Pertimbangan PGI,
- Ketua Dewan Gereja-gereja Asia,
- Ketua Dewan Gereja-gereja se-Dunia, dll.
- Ketua Yayasan Universitas Kristen Indonesia
- Ketua Yayasan Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (IPPM) dan pencetusnya
TB Simatupang dilahirkan dalam sebuah keluarga sederhana. Ayahnya Simon Mangaraja Soaduan Simatupang, terakhir bekerja sebagai pegawai kantor pos.
Penetapan : Keputusan Presiden No. 068/TK/2013, bertanggal 6-11-2013.
10. Letjen TNI (Purn.) Djamin Ginting
Lahir :Karo, 12 Januari 1921
Wafat : Ottawa, Kanada, 23 Oktober 1974
Usia : 53 tahun
Beliau tokoh dari Sumatera Utara dan pejuang kemerdekaan yang menentang pemerintahan Hindia Belanda, juga seorang petinggi TNI yang berhasil menumpas pemberontakan Nainggolan di Medan pada April 1958.
Penetapan: Keputusan Presiden No.115/TK/2014, bertanggal 6-11-2014.
11. Lafran Pane
Lahir : Sipirok, Padang Sidempuan 5 Februari 1992
Wafat : Yogyakarta, 24 Januari 1991
Usia : 69 Tahun
Beliau dikenal sebagai tokoh pergerakan pemuda dan memprakarsai pembentukan Himpunan Mahasiswa Islam pada 5 Februari 1947. Beliau juga menjadi salah satu tokoh utama penentang pergantian teknologi negara dari pancalisa menjadi komunisme. Sebagai pelopor pembentukan Ikatan Sarjana Muslimin Indonesia (ISMII) dan juga pelopor pembentukan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UGM untuk memenuhi kebutuhan guru pada pendidikan dasar dan menengah.
Penetapan : Surat Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/Tahun 2017, Tanggal 6 November 2017
12. Mr. Sutan M. Amin Nasution
- 1934 - 1942 : Advocat Procureur di Kutaraja , dikenal sebagai seorang advocat muda yang pandai
- 1942 : Diangkat sebagai Hakim di "Tiho Hoin" (Pengadilan Negeri yang menggantikan Landaraad)
- 1942 : Kepala sekolah menengah atau "Syu Gakko" atau "Tyu Gakko" yang didirikan oleh Pemerintah Jepang di Kutaraja (Aceh)
- 1946 : Ditugaskan sebagai Gubernur Muda Sumatera Utara yang Pertama yang meliputi Karesidenan Tapanuli Sumatera Timur dan Aceh
- 1946 : Menghadapi persoalan Pemberontakan Logam, Gerakan Laskar Marsuase, Gerakan Sayyid Al-Sagaf & Agresi Militer I Belanda tanggal 29 Juli 1947 di Pematang Siantar
Penetapan : Surat Keputusan Presiden RI Nomor 117/TK/Tahun 2020, tanggal 6 Nopember 2020
Sumatera Utara merupakan sebuah provinsi yang memiliki sejumlah obyek wisata yang unik, baik wisata alam maupun budaya. Beberapa obyek wisata tersebut telah dikenal luas hingga ke mancanegara seperti Danau Toba dengan panorama alam yang indah dan Bukit Lawang dengan orangutan Sumatera yang unik, berbeda dengan orangutan Kalimantan.
Kota Medan sendiri sebagai gerbang ke berbagai tujuan wisata di Sumatera, memiliki sejumlah obyek wisata kota seperti Istana Maimun dengan Mesjid Raya dan Kolam Raja, Rumah Tjong A Fie dengan kawasan Kesawan, dan bangunan-bangunan tua peninggalan masa kolonial. Sejak dulu, Medan dikenal sebagai kota perdagangan di mana berdiri sejumlah kantor pusat perusahaan perkebunan seperti Tembakau Deli yang terkenal hingga ke mancanegara.
Danau Toba
Danau Toba merupakan sebuah keajaiban alam yang mempesona yang membentang sepanjang 100 km dengan lebar 30 km di atas pegunungan Bukit Barisan. Letaknya yang berada pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut (dpl) dan dikelilingi oleh kawasan hutan yang hijau menjadikan udara di sekitarnya sejuk dan menyegarkan.
Danau Toba yang memiliki luas 1.145 km2 dengan kedalaman 450 meter yang terlihat seperti lautan, merupakan danau vulkanik terbesar dan terdalam di dunia. Danau ini diperkirakan terbentuk dari letusan supervolcano Gunung Toba yang terjadi sekitar 74.000 tahun yang lalu. Danau yang menjadi salah satu ikon wisata Provinsi Sumatera Utara ini, merupakan sebuah tujuan wisata yang menarik dan menantang untuk dikunjungi.
Di tengah Danau Toba terdapat Pulau Samosir pada ketinggian 1.000 dpl, yang luasnya kira-kira sama dengan Singapura. Di pulau ini juga terdapat berbagai obyek wisata seperti makam yang terbuat dari batu yang telah berusia sekitar 500 tahun dan desa-desa dengan rumah adat tradisional serta kebudayaan Batak Toba yang unik dan kuno.
Jarak Medan ke Parapat, sebuah kota wisata di tepi Dana Toba adalah 180 km dengan waktu tempuh 4 jam.
Bukit Lawang
Bukit Lawang (pintu ke bukit) adalah sebuah desa kecil yang berlokasi di Selatan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Desa ini merupakan pintu gerbang masuk ke hutan Sumatera yang legendaris di mana terdapat Gunung Leuser (3.404 meter). Kawasan TNGL membentang di pegunungan Bukit Barisan, di sebelah Utara merupakan bagian dari wilayah Provinsi Aceh dan di sebelah Selatan bagian dari wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Di Bukit Lawang terdapat sebuah pusat rehabilitasi orangutan Sumatera yang berdiri sejak tahun 1973. Orangutan merupakan daya tarik utama Bukit Lawang di mana bisa disaksikan primata anggun yang langka ini berayun-ayun di atas pepohonan hutan tropis yang lebat sebagai habitat aslinya.
Jarak Medan ke Bukit Lawang adalah sekitar 90 km yang dapat ditempuh selama 2 jam.
Tangkahan
Tangkahan identik dengan panorama hutan hujan tropis yang indah dan sering disebut sebagai surga tersembunyi di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Tangkahan yang memiliki luas sekitar 17.000 ha merupakan kawasan kegiatan konservasi. Gajah digunakan berpatroli untuk melindungi TNGL, dan pengunjung dapat ikut serta menunggangi gajah menelusuri hutan.
Di lokasi ini, terdapat berbagai jenis flora dan fauna, gua dan air terjun, pemandian air panas, arung jeram, tempat berkemah, jalur trekking baik dengan berjalan kaki maupun dengan menunggangi gajah Sumatera. Selain itu, terdapat dua sungai yang membelah TNGL yaitu Sungai Batang Serangan dan Sungai Buluh yang airnya sangat jernih.
Jarak dari Medan ke Tangkahan sekitar 124 km, dengan waktu tempuh selama 3 jam.
Teluk Dalam
Teluk Dalam adalah sebuah kota yang berada di ujung Selatan Pulau Nias. Kota ini merupakan pintu masuk bagi peselancar dunia yang datang pada musim tertentu untuk berselancar. Teluk Dalam memiliki pantai-pantai yang indah seperti Pantai Lagundri dan Pantai Sorake. Kedua pantai ini menjadi primadona peselancar dunia karena gulungan ombaknya yang memiliki ketinggian sempurna setara dengan yang terdapat di Hawaii.
Beberapa desa di sekitar Teluk Dalam masih kental dengan tradisi dan arsitektur Nias yang unik, seperti Desa Bawomataluo yang berjarak sekitar 15 km dari Teluk Dalam. Desa ini berada di atas bukit dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut. Rumah-rumah di desa ini memiliki arsitektur rumah adat Nias yang dikenal dengan Omo Nifolasara yang sudah berusia ratusan tahun. Rumah-rumah di desa ini dibangun saling berhadapan sehingga menyisakan halaman luas yang digunakan sebagai tempat pertunjukan seni tradisi Teluk Dalam seperti Lompat Batu (Hombo Batu) dan Tari Perang.
Di Teluk Dalam juga terdapat peninggalan Megalitik yang berada di Desa Orahili, Kecamatan Gomo. Sejumlah batu berukuran besar berada di perbukitan dekat dengan Sungai Gomo. Menurut sejarah perbukitan dan batu-batu megalitik tersebut merupakan sebuah perkampungan yang berasal dari Zaman Batu Muda (Neolithicum) sekitar 1000 hingga 1500 Masehi.
Teluk Dalam dapat ditempuh dengan penerbangan dari Medan ke Gunung Sitoli dalam waktu 50 menit.
Air Terjun Sipiso-piso
Air Terjun ini merupakan salah satu objek wisata andalan Propinsi Sumatera Utara. Dan salah satu air terjun tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 120 meter. Terletak di Desa Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara
Lokasi air terjun ini berada tidak jauh dari danau terbesar di Indonesia, yaitu Danau Toba. Air terjun yang berada pada ketinggian 800 meter ini terbentuk dari sungai bawah tanah di plato Karo yang mengalir melalui sebuah goa disisi kawah danau Toba. Air yang keluar dari goa yang berukuran tidak begitu besar itu sangat deras apalagi jatuh pada ketinggian 120 meter, membuat air terjun ini begitu indah. Kata “piso” berarti pisau, karena memang air terjun ini bila dilihat dari jauh bentuknya seperti pisau, kecil dan panjang.